Kisah Nenek Tua...
Hari ini (Ahad 14.04.13)...aku terpaksa tinggalkan abah seorang diri di rumah, kerana aku di minta menjemput mak aku di DSH. Sepanajang hujung minggu ni mak menjaga tok aku di ICU & sebelah malamnya mak menemankan nenek aku tidur dirumah KT.
Abah aku pelawa untuk ikut sekali pergi menjemput mak & sambil tu pergi melawat tok di DSH. Abah keberatan nak ikut sama kerana abah nak hadirkan diri ke majlis ceramah di surau Ar-Raudah. Itu lah abah aku....tak akan ketinggalan dalam hal hal surau Ar-Raudah ni.
Kami (mak, adik aku Aida, anak anak aku & diri ku sendiri) sampai rumah malam tadi dalam pukul 9.45 (mek! lajunya aku bawak kereta sebab kami bertolak dari DSH pukul 9 malam...ok lah tu mak kat sebelah tak bising masa aku tengah pandu kereta)...hehehe...cuma sekali sekala aku terpandang mak aku mengeleng kepala bila aku buat aksi stund kt atas jalanraya iaitu celok mencelok...aku tak suka bawak kereta Myvi lama lama atas jalanraya ni...boleh tercabut lutut aku dibuatnya... =P
Sampai rumah baru lah kami semua makan...tapau aje tadi...kesian kat anak anak aku...kelaparan diorang...aku ajak abah makan sekali...abah tak tolak, mesti joint punye...walau tadi kat suarau dah makan...dalam pada tengah menjamu selera abah cerita pasal ceramah kat surau tadi.
Abah kata ustaz yang bagi ceramah tu cakap kita ni bila selawat atas nabi setahun sekali iaitu pada hari Maulidur Rasul.
Sepatutnya tak boleh macam tu kita dalam sehari seelok elok nya hendaklah selawat keatas nabi junjungan kita sebanyak 100 kali.
Lalu ustaz tu bercerita tentang seorang perempuan tua yang menetap di Madura.
Ceritanya begini;
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.
Selesai urusan jualan bunga, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Selesai itu ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan kering yang berguguran di halaman masjid.Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat.Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.Banyak pengunjung masjid kesihan melihat nenek tua itu seorang diri membersihkan masjid itu.
Pada suatu hari imam masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Selesai salat,ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke dalam masjid dan mencari kiai masjid itu.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya.Kiai masjid itu menjelaskan bahwa ahli ahli jemaah masjid ini kasihan kepadanya.”Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.” Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari Nabi Muhammad SAW..Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah SAW. Kelak jika saya mati, saya ingin Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu saja yang akan bersaksi bahwa saya telah membacakan salawat kepadanya.” (141)
Selesai cerita abah memberi nasihat kepada kami semua supaya banyak kn berselawat.
Perkongsian bersama....
-izzan-
Abah aku pelawa untuk ikut sekali pergi menjemput mak & sambil tu pergi melawat tok di DSH. Abah keberatan nak ikut sama kerana abah nak hadirkan diri ke majlis ceramah di surau Ar-Raudah. Itu lah abah aku....tak akan ketinggalan dalam hal hal surau Ar-Raudah ni.
Kami (mak, adik aku Aida, anak anak aku & diri ku sendiri) sampai rumah malam tadi dalam pukul 9.45 (mek! lajunya aku bawak kereta sebab kami bertolak dari DSH pukul 9 malam...ok lah tu mak kat sebelah tak bising masa aku tengah pandu kereta)...hehehe...cuma sekali sekala aku terpandang mak aku mengeleng kepala bila aku buat aksi stund kt atas jalanraya iaitu celok mencelok...aku tak suka bawak kereta Myvi lama lama atas jalanraya ni...boleh tercabut lutut aku dibuatnya... =P
Sampai rumah baru lah kami semua makan...tapau aje tadi...kesian kat anak anak aku...kelaparan diorang...aku ajak abah makan sekali...abah tak tolak, mesti joint punye...walau tadi kat suarau dah makan...dalam pada tengah menjamu selera abah cerita pasal ceramah kat surau tadi.
Abah kata ustaz yang bagi ceramah tu cakap kita ni bila selawat atas nabi setahun sekali iaitu pada hari Maulidur Rasul.
Sepatutnya tak boleh macam tu kita dalam sehari seelok elok nya hendaklah selawat keatas nabi junjungan kita sebanyak 100 kali.
Lalu ustaz tu bercerita tentang seorang perempuan tua yang menetap di Madura.
Ceritanya begini;
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.
Selesai urusan jualan bunga, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Selesai itu ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan kering yang berguguran di halaman masjid.Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat.Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.Banyak pengunjung masjid kesihan melihat nenek tua itu seorang diri membersihkan masjid itu.
Pada suatu hari imam masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Selesai salat,ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke dalam masjid dan mencari kiai masjid itu.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya.Kiai masjid itu menjelaskan bahwa ahli ahli jemaah masjid ini kasihan kepadanya.”Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.” Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari Nabi Muhammad SAW..Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah SAW. Kelak jika saya mati, saya ingin Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu saja yang akan bersaksi bahwa saya telah membacakan salawat kepadanya.” (141)
Selesai cerita abah memberi nasihat kepada kami semua supaya banyak kn berselawat.
Perkongsian bersama....
-izzan-
jom wat mcm tu same2 :)
ReplyDeletejom...
ReplyDelete=)